loading...
Home » » GAS ALUE CAPLI

GAS ALUE CAPLI



tuhoe | Aceh Utara - Gas alam sering disebut juga dengan gas bumi atau gas rawa. Ia merupakan sumber bahan bakar fosil berbentuk gas, yang terdiri dari metana (CH4). Metana ini dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi, dan juga tambang batu bara. Ketika gas metana diproduksi melalui pembusukan bakteri anaerobik, yaitu bahan-bahan selain fosil, ia disebut dengan biogas. Sum­ber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.

Ini pula yang terjadi di Aceh Utara. Melihat ilmu alam tersebut yang mengajari gas dapat diciptakan dari kotoran hewan, Muhammad Yusuf, salah seorang warga mengambil kesempatan baik tersebut dari sapi-sapi piaraannya.

Semula, penduduk Desa Alue Ca­pli, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara, itu tidak pernah tahu menahu tentang biogas dan manfaat kotoran hewan. De­mikian pula pada masyarakat lainnya.

Kejadian yang dianggap masyarakat Alue Capli ajaib itu ber­mula di suatu hari akhir Desember ta­hun lalu. Ketika itu, Jaringan Komunitas Masyarakat Adat (JKMA) Pasee memperkenalkan kepada mereka suatu teknologi tepat guna untuk mengolah kotoran menjadi gas. Walha­sil, Yusuf sekarang ini menjadi salah seorang pembuat gas. Perkara soal masak-memasak, sebelumnya masyarakat di sana masih menggu­nakan kayu bakar. Na­mun, setelah mengeta­hui teknologi tepat guna tersebut, mereka pun mulai mengenal gas untuk memasak.

Teknologi tepat guna yang diper­kenalkan JKMA Pasee itu merupakan penemuan teknologi pertama di Nang­groe Aceh Darussalam. Bahkan, metode yang mereka gunakan dianggap metode pertama di Indonesia.

Menurut Zulfadhli Kawom, Mana­jer Program JKMA Pasee, di daerah Jawa memang sudah ditemui juga teknologi tepat guna biogas, tetapi di Jawa, satu cluster hanya mampu menampung satu rumah. Sedangkan, metode yang digu­nakan JKMA Pasee, satu cluster dapat dibagikan untuk tiga rumah.

“Kalau di Jawa, satu cluster satu rumah gasnya memang sudah banyak di temui. Namun, untuk satu culster dapat dibagikan sampai tiga rumah, baru di Aceh pertama sekali menemukannya,” ungkapnya.

Proses dan Manfaat

Bercerita mendapatkan gas dari kotoran hewan memang sangat menarik untuk Aceh atau bahkan Indonesia um­umnya. Namun, bagaimanakah proses pembuatannya?

Zulfadhli mengatakan bahwa un­tuk memperoleh gas dari kotoran tidak sulit. “Hanya dengan sembilan ekor sapi, tabung alakadarnya, pipa, dan tungku. Sembilan ekor sapi tadi dikandangkan selama 24 jam. Selama di kandang itu, kotoran sapi ditampung dalam tabung fixed domes (permanen) berdiameter 13 m . Endapan dari kotoran sapi inilah yang nantinya menjadi gas,” jelas lelaki berambut ikal itu panjang lebar.

Sementara itu, pendamping lapangan progam JKMA Pasee, Andre Sofda, mengatakan biogas sangat ber­manfaat bagi masyarakat Pasee. “Kalau saja tidak ada sumbatan pada pipa dari tabung penampung kotoran ke tungku rumah-rumah warga, biogas kemungki­nan besar mampu bertahan sampai 50 tahun,” katanya.

Manfaat lainnya, kata Andre, air endapan dapat dijadikan pupuk tambak, sedangkan endapannya bisa untuk pupuk padi, cabai, dan tumbuhan sejenisnya. Kelebihan lainnya, kedua tokoh JKMA itu mengatakan bahwa biogas tersebut dapat dijadikan aliran listrik.

“Dengan 40 ekor sapi, dapat menghasilkan 200 watt listrik,” terang Andre yang dibenarkan Zulfadhli.

Manfaat biogas benar-benar dirasakan masyarakat di sana. Untuk saat ini saja, sejumlah rumah sudah mulai mengasapi dapurnya dengan gas. Sungguh luar biasa. Tak salah pula, jika Yusuf, salah seorang masyarakat penge­cap manfaat biogas, memberanikan diri menawar jasanya untuk memproduksi biogas kepada masyarakat lainnya.

“Banyak masyarakat sudah me­nawarkan kepada saya untuk membuat produksi biogas di rumah mereka. Jan­gan salah, tentunya dengan dana yang relatif kecil dan bagi saya tidak masalah itu,” papar lelaki yang pernah mengikuti pelatihan membuat biogas dari kotoran hewan oleh JKMA Pasee tahun lalu itu.

Usaha JKMA membuat pelatihan dengan menghadirkan tutor asal Solo waktu itu ternyata tidak sia-sia. Pelu­ang bisnis biogas kini terbuka nyalang di Aceh Utara. Sekarang, Yusuf bersama kelompoknya berencana untuk berjualan pupuk hasil endapan biogas.

“Pupuk ini memiliki hasil yang sama dengan pupuk organik seperti urea. Jadi, rencananya kita akan jual,” tutur Yusuf.

Maka, tak salah jika Aceh Utara dijuluki Negeri Petrodolar. Julukan itu saat ini bukan karena PT. Arunnya, tetapi kelihaian masyarakat disana dalam memanfaatkan sumber alam. Sungguh, patut ditiru dan digugu.(*)
Ditulis oleh: Rusli rusli Updated at : 01:30:00

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts