Home »
» SOLUSI YANG BAIk BILA BBM HABIS
SOLUSI YANG BAIk BILA BBM HABIS
Posted by rusli
Posted on 01:58:00
with No comments
Pasca pengumuman kebijakan menaikan harga BBM oleh pemerintah yang berlaku sejak 24 Mei lalu semua bagian dari negeri ini tentunya merasakan dampak buruk baik langsung maupun tidak. Sudah barang tentu masyarakat kecil akan semakin terpinggirkan atas kebijakan ini. Kenaikan harga BBM yang rata-rata 20 persen berdampak langsung di masyarakat karena keterkaitan antara masyarakat, energi dan BBM sangat erat korelasinya. Ini terjadi diseluruh pelosok Indonesia tidak terkecuali provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Di desa Simpang Tiga Sigli misalnya, sebagian besar nelayan disana tidak dapat melaut pasca kenaikan harga solar yang sehari-hari dipakai untuk kebutuhan mereka ke laut. Hal terberat dari dampak kenaikan herga BBM juga di alami oleh kaum ibu di desa tersebut. “tadi malam di umumkan di TV, besoknya harga-harga langsung naik” ujar ibu……. saat ditemui team bulletin su-jingki.Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan inflasi yang terjadi pada bulan Mei cenderung akan terus meningkat
di bulan Juni dan kemudian berangsur turun di bulan Juli sehingga di prediksikan dampak kenaikan harga BBM pada Agustus 2008 sudah tidak terasa lagi (ANTARA-news). Yang pastinya masyarakat kecil akan terus merasakan dampak ini secara berkelanjutan. Masyarakat tidak ingin tahu berapa tingkat inflasi, berapa subsidi dan berapa kompensasi. Masyarakat hanya ingin mereka dapat bertahan dengan segala permasalahan bangsa ini termasuk permasalahan baru yang sedang dan akan dialaminya kedepan.
Teknologi Bahan Bakar Gas Alternatif
Namun tidak ada guna tentunya jika terus menerus mengecewai kebijakan yang “tidak pro rakyat” ini. Alangkah baiknya masyarakat memiliki kekuatan sendiri untuk survive dan dapat bertahan dengan kondisi yang sudah seperti ini seperti yang dilakukan oleh kelompok masyarakat di Desa Alue Capli Kabupaten Aceh Utara. Kenaikan harga BBM tidak begitu berat dirasakan karena kebutuhan energi rumah tangga untuk memasak berasal dari kotoran sapi yang di konversikan menjadi gas bio (biogas) teknologi ini pertama sekali diperkenalkan kepada masyarakat Alue Capli oleh LSM-JKMA Pase pada awal 2007 silam. Sistem proses untuk menghasilkan biogas juga sangat sederhana sehingga cocok di kembangkan di masyarakat kecil. Biogas adalah teknologi konversi biomassa (sampah) menjadi gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas menghasilkan gas yang kaya akan methane dan slurry. Gas methane dapat digunakan untuk berbagai sistem pembangkitan energi sedangkan slurry dapat digunakan sebagai kompos. Produk dari digester tersebut berupa gas methane yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 6500 kJ/Nm3. dengan nilai kalor sekitar 450-540 Btu/scf. Dengan 1 buah digester yang berdiameter sekitar 9 feet gas ini dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar memasak sebanyak 3 rumah. Teknologi ini sangat cocok diterapkan di lokasi penduduk yang memiliki banyak ternak. Reaktor biogas bukanlah teknologi baru. Sejak tahun 1970an, Denmark telah melakukan riset, pengembangan, dan aplikasi teknologi ini; mereka tercatat memiliki 20 instalasi pengolahan biogas tersentralisasi (centralized plant) dan 35 instalasi farming plant (Raven dkk, 2005). China juga telah membangun 7 juta unit reaktor biogas pada tahun 1980 an, sedangkan India juga mencanangkan tak kurang dari 400,000 reaktor biogas pada kurun waktu yang sama (Rahman, 2005). Dari lamanya pengembangan dan aplikasi teknologi biogas di dunia, dapat dikatakan bahwa teknologi ini sudah cukup mapan dan terbukti dapat memproduksi energi non BBM yang sekaligus ramah lingkungan.Teknologi biogas pada dasarnya memanfaatkan proses pencernaan yang dilakukan oleh bakteri methanogen yang produknya berupa gas methana (CH4). Gas methana hasil pencernaan bakteri tersebut bisa mencapai 60% dari keseluruhan gas hasil reaktor biogas, sedangkan sisanya didominasi CO2. Bakteri ini bekerja dalam lingkungan yang tidak ada udara (anaerob), sehingga proses ini juga disebut sebagai pencernaan anaerob (anaerob digestion). Bakteri methanogen akan secara natural berada dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang, manusia, dan sampah organik rumah tangga. Keberhasilan proses pencernaan bergantung pada kelangsungan hidup bakteri methanogen di dalam reaktor, sehingga beberapa kondisi yang mendukung Berkembang biaknya bakteri ini di dalam reaktor perlu diperhatikan, misalnya temperatur, keasaman, dan jumlah material organik yang hendak dicerna.
Tahap lengkap pencernaan material organik adalah sebagai berikut (Wikipedia, 2005):
Hidrolisis. Pada tahap ini, molekul organik yang komplek diuraikan menjadi bentuk yang lebih sederhana, seperti karbohidrat (simple sugars), asam amino, dan asam lemak.
Asidogenesis. Pada tahap ini terjadi proses penguraian yang menghasilkan amonia, karbon dioksida, dan hydrogen sulfida.
Asetagenesis. Pada tahap ini dilakukan proses penguraian produk acidogenesis; menghasilkan hidrogen, karbon dioksida, dan asetat.
Methanogenesis. Ini adalah tahapan terakhir dan sekaligus yang paling menentukan, yakni dilakukan penguraian dan sintesis produk tahap sebelumnya untuk menghasilkan gas methana (CH4). Hasil lain dari proses ini berupa karbon dioksida, air, dan sejumlah kecil senyawa gas lainnya.
Di dalam reaktor biogas, terdapat dua jenis bakteri yang sangat berperan, yakni bakteri asam dan bakteri methan. Kedua jenis bakteri ini perlu eksis dalam jumlah yang berimbang. Kegagalan reaktor biogas bisa dikarenakan tidak seimbangnya populasi bakteri methan terhadap bakteri asam yang menyebabkan lingkungan menjadi sangat asam (pH kurang dari 7) yang selanjutnya menghambat kelangsungan hidup bakteri methan (Garcelon dkk). Keasaman substrat/media biogas dianjurkan untuk berada pada rentang pH 6.5 s/d 8 (Garcelon dkk). Bakteri methan ini juga cukup sensitif dengan temperatur. Temperatur 35 0C diyakini sebagai temperatur optimum untuk perkembang biakan bakteri methan (Garcelon dkk).
Ditulis oleh: Rusli
rusli
Updated at :
01:58:00
0 komentar:
Post a Comment